(Soal Isian)
-
Kaidah bahasa dalam penulisan akademik mencakup tata bahasa, ejaan, diksi, dan gaya bahasa.
-
Kalimat efektif harus memiliki lima ciri utama, yaitu kehematan, kepaduan, kejelasan, kesatuan, dan logika.
-
Struktur dasar kalimat Bahasa Indonesia yang digunakan dalam teks akademik dikenal dengan istilah SPOK (Subjek–Predikat–Objek–Keterangan).
-
Contoh kata serapan dari bahasa Inggris yang telah disesuaikan secara fonologis adalah komputer (dari computer).
-
Dalam teks akademik, penggunaan kata ganti seperti “saya” sebaiknya dihindari dan diganti dengan kata penulis atau kami.
-
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kelima dikenal dengan singkatan EYD V.
-
Huruf miring dalam penulisan akademik digunakan untuk menuliskan judul karya tulis dan istilah asing yang belum diserap.
-
Kesalahan struktur paralel dalam kalimat dapat menyebabkan ambiguitas makna dan menurunkan kualitas tulisan.
-
Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk membantu revisi bahasa ilmiah adalah Grammarly.
-
Menurut modul, revisi bahasa ilmiah merupakan bagian dari proses akademik yang berkelanjutan.
Soal Esai
1.
Mengapa penggunaan kaidah bahasa yang tepat dalam teks akademik dianggap sebagai indikator profesionalisme dan integritas ilmiah seorang penulis?
Penggunaan kaidah bahasa yang tepat menunjukkan kemampuan penulis dalam berpikir logis, sistematis, dan bertanggung jawab terhadap kebenaran ilmiah. Bahasa yang sesuai kaidah memperlihatkan ketelitian serta keseriusan penulis dalam menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan objektif. Dengan demikian, kepatuhan terhadap aturan bahasa menjadi cerminan profesionalisme dan integritas ilmiah karena tulisan yang terstruktur dengan baik memperkuat kredibilitas akademik penulis di mata pembaca maupun lembaga.
2.
Uraikan lima ciri kalimat efektif dalam penulisan akademik dan berikan masing-masing satu contoh kalimat yang sesuai.
-
Kehematan – tidak menggunakan kata yang berlebihan.
Contoh: “Mahasiswa sedang belajar di kelas.” -
Kepaduan – unsur kalimat saling berkaitan.
Contoh: “Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor yang memengaruhi minat baca mahasiswa.” -
Kejelasan – mudah dipahami dan tidak menimbulkan tafsir ganda.
Contoh: “Penulis menganalisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif.” -
Kesatuan – mengandung satu pokok pikiran utama.
Contoh: “Kualitas tulisan ditentukan oleh ketepatan penggunaan bahasa.” -
Logika – hubungan antarkalimat masuk akal dan runtut.
Contoh: “Penelitian dilakukan karena adanya kesenjangan antara teori dan praktik.”
3.
Bandingkan peran huruf kapital dan huruf miring dalam penulisan akademik menurut EYD V. Sertakan contoh penggunaannya dalam kalimat.
Huruf kapital digunakan pada awal kalimat, nama orang, bangsa, hari besar, dan gelar, sedangkan huruf miring digunakan untuk menuliskan judul karya, istilah asing, atau penekanan kata tertentu.
Contoh:
-
Huruf kapital: “Profesor Andi menulis buku tentang Sosiolinguistik.”
-
Huruf miring: “Istilah zeitgeist digunakan untuk menggambarkan semangat zaman.”
4.
Mengapa revisi bahasa ilmiah penting dilakukan sebelum naskah dipublikasikan? Jelaskan langkah-langkah self-editing yang dapat dilakukan oleh mahasiswa.
Revisi bahasa ilmiah penting karena membantu memastikan keakuratan, kejelasan, dan konsistensi naskah sebelum diterbitkan. Kesalahan kecil pada tata bahasa atau ejaan dapat mengubah makna dan menurunkan kredibilitas tulisan. Langkah-langkah self-editing meliputi:
-
Membaca ulang naskah secara menyeluruh.
-
Memeriksa struktur kalimat dan keefektifannya.
-
Mengecek ejaan dan tanda baca sesuai EYD V.
-
Menilai ketepatan diksi dan gaya bahasa.
-
Menggunakan alat bantu seperti Grammarly atau korektor daring.
-
Meminta umpan balik dari dosen atau teman sejawat.
5.
Dalam konteks penulisan akademik, bagaimana pemilihan diksi dan gaya bahasa dapat memengaruhi persepsi pembaca terhadap kredibilitas tulisan?
Pemilihan diksi dan gaya bahasa yang tepat menentukan kesan profesionalitas dan keilmiahan tulisan. Diksi yang formal, spesifik, dan sesuai konteks ilmiah membantu menyampaikan ide dengan jelas serta menghindari kesalahpahaman. Sebaliknya, penggunaan kata yang tidak baku atau terlalu emosional dapat menurunkan kepercayaan pembaca terhadap kualitas argumen. Gaya bahasa akademik yang objektif, netral, dan konsisten memperkuat kredibilitas penulis serta menjadikan tulisan lebih mudah diterima dalam ranah ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar