Pendahuluan
Dalam era informasi yang serba cepat, kemampuan membaca dan menulis secara kritis menjadi salah satu keterampilan paling penting dalam dunia pendidikan tinggi. Teks akademik dan ilmiah berperan besar dalam membangun budaya berpikir berbasis bukti. Mahasiswa tidak hanya dituntut mampu memahami isi bacaan, tetapi juga mengolah informasi tersebut menjadi tulisan yang logis dan terstruktur. Oleh karena itu, literasi akademik bukan sekadar kemampuan teknis menulis, melainkan juga kemampuan memahami, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan ide secara bertanggung jawab.
Isi
Penutup
Secara keseluruhan, literasi akademik dan ilmiah merupakan fondasi penting dalam membangun budaya berpikir kritis di dunia pendidikan tinggi. Pemahaman terhadap struktur, karakteristik, dan teknik penulisan akademik membantu mahasiswa menjadi komunikator ilmiah yang kompeten. Kemampuan ini tidak hanya meningkatkan kualitas tulisan, tetapi juga memperkuat integritas akademik dan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, menulis bukan sekadar kegiatan mekanis, melainkan proses berpikir yang mencerminkan kedewasaan intelektual seseorang.
Daftar Pustaka
Hyland, K. (2019). Second Language Writing. Cambridge University Press.
→ Buku ini menjelaskan prinsip penulisan akademik dalam konteks pendidikan tinggi serta strategi komunikasi ilmiah yang efektif.
Swales, J. M., & Feak, C. B. (2012). Academic Writing for Graduate Students: Essential Tasks and Skills. University of Michigan Press.
→ Referensi klasik yang membahas struktur, gaya bahasa, dan teknik penulisan teks akademik dan ilmiah bagi mahasiswa.
Cottrell, S. (2019). The Study Skills Handbook (5th ed.). Macmillan Education.
→ Buku ini membahas pentingnya literasi akademik, berpikir kritis, serta keterampilan menulis yang berorientasi pada analisis dan refleksi.
Damaianti, V. S., & Wahya, W. (2021). Membaca Kritis dan Kreatif untuk Mahasiswa. Rajawali Pers.
→ Buku rujukan lokal yang relevan mengenai kemampuan membaca kritis dan pengembangan literasi akademik dalam konteks pendidikan tinggi di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar